Langsung ke konten utama

CUBLAK-CUBLAK SUWENG

Bismillahirrahmanirrahim
Assalamualaikum Wr. Wb. dan Semangat Pagi Sobat Indonesia, teringat akan sebuah kalimat " apa yang kamu pikirkan dan ucapkan akan menjadi perilakumu". terkait dengan lirik lagu...kalau kita salah dalam menyanyikan lirik lagu yang cenderung merusak, selingkuh, putus asa, juga akan seperti apa yang kita nyanyikan. SANGAT BERBAHAYA ! apalagi saat ini trend lagu yang galau...atau tidak bisa "move on" akan membuat kita seperti apa yang kita ucapkan atau nyanyikan.
tersimpan budaya luhur dari sebuah lagu nusantara yang sering digunakan untuk permainan, yaitu cublak-cublak suweng.
CUBLAK-CUBLAK SUWENG
Cublak adalah tempat berupa serahi yang biasanya untuk menyimpan minyak wangi dan Suweng adalah nama salah satu jenis perhiasan wanita yang biasanya berbentuk bundar pipih seperti uang logam (mirip anting-anting) –di Jawa merupakan harta yang sangat berharga.
Lirik pertama lagu ini menggambarkan bahwa terdapat suatu tempat yang menyimpan banyak harta (cublak-cublak) yang sangat berharga (suweng). Dalam permainan ini digunakan kerikil sebagai pengganti atau sebagai gambaran suwengtersebut. Dalam hal ini menggunakan suweng karena biasanya wanita sangat mencintai perhiasan. (di)cublak juga bisa berarti (di)tusuk/ dicubles. Oleh karena itu dalam permainan ini, saat kerikil berputar dari tangan satu ke tangan yang lain seperti menusuk (menekan) di tangan pemain-pemain yang lain secara bergantian memutar.
SUWENGE TENG GELENTER
Suwenge adalah nama jenis perhiasan telinga wanita tersebut. Teng adalah ke arah atau kemana. Gelenter adalah berserakan.
Arti keseluruhan dalam lirik kedua ini adalah hartanya berserakan kemana-mana. Hal ini digambarkan dalam permainan dimana anak-anak menyembunyikan batu kerikil (diibaratkan suweng) tersebut dengan beredar dari satu tangan ke tangan yang lain (suwenge teng gelenter)
MAMBU KETUNDHUNG GUDHEL
Mambu adalah tercium. Ketundhung berasal dari kata tundhung yang artinya adalah bergerak, mengejar, dan memburu. Gudhel adalah anak kerbau. Arti selengkapnya adalah Tercium yang kemudian diburu oleh anak kerbau.
Lirik ke tiga ini menggambarkan adanya sebuah kabar (harta tersebut) yang didengar oleh orang bodoh atau orang yang tidak tahu (digambarkan sebagai Gudhel) dan kemudian ia memburunya. Lirik ini menggunakan gudhel bukan kerbau atau sapi karena gudhelmenggambarkan kebodohan dalam masyarakat Jawa.
PAK EMPOK LERAK LEREK
Pak adalah panggilan untuk bapak; laki-laki dewasa sudah menikah. Empok adalah nama pemain yg telungkup, yang posisinya seperti orang yang kentut (Empok:kentut). Lerak-lerek adalah melirik-lirik (mencarinya).
Pak Empok adalah gambaran dari orang-orang bodoh tersebut. Di sini menggunakan kata Pak sebagai gambaran bahwa yang memiliki nafsu mengejar harta adalah orang dewasa bukan anak kecil. Lerak-lerek adalah tengok kanan-kiri. Lirik ini menggambarkan bahwa orang-orang bodoh tersebut tengok kanan-kiri untuk mencari tahu dimana harta tersebut berada.
SAPA NGGUYU DHELIKAKE
Sapa adalah siapa, ngguyu adalah tertawa. Ndhelikake adalah menyembunyikan yang berasal dari kata dhelik yang artinya adalah sembunyi.
Arti dari lirik ini adalah siapa yang menyembunyikan harta tersebut ia tertawa. Hal ini digambarkan dalam permainan bahwa anak-anak yang lain -yang tidak telungkup- pasti tertawa saat anak yang telungkup berusaha menebak siapa yang menyembunyikan batu kerikilnya.
SIR SIRPONG DHELE KOPONG
Sir merupakan pinjaman dari bahasa Arab yaitu sirrun yang artinya adalah hawa nafsu. Pinjaman kata ini dikarenakan pencipta lagu, Sunan Giri, merupakan orang yang paham agama islam dan tetntunya juga dengan bahasa Arab. Pong merupakan penyingkatan dari kata kopong yang artinya kosong. Sedangkan dhele adalah penyingkatan dari kedhele yang artinya adalah kedelai. Dalam masyarakat Jawa kedelai adalah sebagai berbagai bahan makanan seperti tempe dan tahu.
LIRIK INI MENGGAMBARKAN TENTANG RAHASIA UNTUK MENEMUKAN HARTA TERSEBUT ADALAH DENGAN MENGKOSONGKAN HAWA NAFSU KITA (SIR-SIR PONG) DAN MENGOSONGKAN RASA RAKUS KITA UNTUK TERUS MENGISI PERUT (DHELE KOPONG). SUATU PETUNJUK BAGI YANG INGIN MENCARI HARTA MAKA GUNAKANLAH HATI NURANI DENGAN MENGOSONGKAN HAWA NAFSU DAN SIFAT RAKUS UNTUK MENGISI PERUT (SIR-SIR PONG DHELE KOPONG).
Bila ditafsirkan secara garis besar makna dari lagu dan permainan ini adalah sebagai berikut:
Manusia merupakan ciptaan Tuhan yang diciptakan dari tanah. Oleh karena itu, dalam permainan ini digambarkan dengan seorang anak yang telungkup mencium tanah dan seperti bersujud kepada Tuhan-nya. Namun manusia tetaplah memiliki hasrat dalam mengarungi kehidupan ini. hasrat manusia tersebut adalah hasrat nafsu dalam mengejar harta, tahta dan wanita. Dalam lagu ini manusia tetap memenuhi hasratnya untuk mencari harta yang banyak (cublak-cublak suweng).
Harta tersebut terdapat dimana-mana (suwenge teng gelenter). Timbul pertanyaan adalah jika ada satu tempat yang menyimpan banyak harta, namun harta tersebut terdapat dimana-mana, berserakan dimana-mana? Maka tempat apakah itu. Sesunggguhnya dalam lagu ini sedang menunjukan bahwa harta yang banyak tersebut terdapat banyak sekali disekeliling kita. Hanya kita saja yang tidak tahu jika hal tersebut adalah harta.
Akan tetapi kabar adanya tempat yang menyimpan banyak harta tersebut tercium oleh orang bodoh juga. Sehingga orang yang bodoh tersebut memburu harta tersebut (mambu kethudung gudhel). Hal ini menggambarkan bahwa orang bodoh tanpa mencari tahu benar atau tidak suatu berita sehingga mudah untuk membenarkanya berita tersebut. Di sini dijelaskan bahwa konsep bodoh oleh orang Jawa adalah seseorang yang hanya membenarkan kabar berita yang beredar dan tidak memfikirkan benar atau salahnya berita tersebut.
Hingga ada sekelompok orang yang sudah menemukan harta tersebut dan menyembunyikan hartanya tersebut mereka senyum-senyum (mesam-mesem). Di sini penulis menggunakan kata ndhelikake yang artinya adalah menyembunyikan, yang memiliki maksud bahwa orang yang senyum-senyum tersebut menemukanya dengan cara yang tidak baik. Jika dikorelasikan dengan kondisi sekarang ini maka dikaitkan dengan orang-orang yang menyembunyikan harta negara (koruptor) yang tetap tersenyum mesam-mesem di depan kamera televisi (sapa ngguyu ndhelikake) walaupun sudah menjadi terdakwa koruptor.
Maka cara yang terbaik untuk menemukan harta tersebut maka kosongkan hawa nafsu dan kosongkan sifat rakus demi mengisi perut (Sir—sir pong dhele kopong). Di sini penulis lagu sekaligus menjawab pertanyaan tentang jika ada tempat yang menyimpan banyak harta tetapi barta tersebut tercecer di mana-mana, maka tempat apakah itu? ternyata harta yang banyak tersebut adalah berada di hati kita masing-masing. Tempat itu adalah kelapangan hati kita setiap manusia. Jadi bukan harta fisik yang dimaksudkan. Oleh karena itu, orang bodoh yang masih mencari harta dengan rakus dan nafsu ia ditertawai oleh orang-orang yang sudah menemukan harta tersebut terlebih dahulu. Orang-orang yang sudah menemukan harta tersebut sebenarnya tidak nyaman dengan banyaknya harta.
Berbahagialah...Indonesia memiliki warisan budaya yang tiada ternilai.Bukan menjadi kewajiban, namun keharusan kita untuk menjaga kelestarian budaya yang bernilai tinggi dan luhur ini untuk generasi yang akan datang.
Tetap Belajar dan berbagi untuk Indonesia lebih baik, Wicaksana, 2015
Salam SOBAT...wassalamualaikum Wr. Wb.

Komentar

Unknown mengatakan…
Wah, tulisan yang bagus Pak. Setelah membaca jadi senyam-senyum sendiri, ternyata lirik lagu dari permainan yang sudah terlupakan ini mempunyai arti yang bagus. Terima kasih untuk pengetahuannya :-)

Postingan populer dari blog ini

Rubah dan Kambing

Suatu hari seekor Rubah sedang berjalan di tengah hutan..  Disitu ada sebuah sumur tua yang airnya jernih sehingga dia bisa bercermin..  Karena asyik bercermin, tanpa sengaja dia tercebur dan tidak bisa keluar..  Beberapa saat kemudian ada seekor Kambing datang ke sumur itu..... Kambing itu bertanya,  "Apa yang kamu lakukan?" "Aku sedang menikmati Air termanis yang pernah kuminum" jawab Rubah...  Kambing pun berkata, "Alangkah senangnya bila aku juga bisa menikmatinya"  Rubah pun berkata, "Kenapa kamu tidak bergabung bersama ku?"  Tanpa Pikir Panjang, Kambing itu masuk ke dalam sumur dan Rubah segera Melompat dengan memanjat punggung Kambing lalu meninggalkannya... Kini giliran Kambing yang tidak bisa keluar dari sumur.. Kambing pun merasa ditipu dan dimanfaatkan oleh Rubah...... (Catatan) : Sikap Terburu-buru tanpa Pikir Panjang selalu membuat kita Melakukan Kesalahan-kesalahan yang sebenarnya tidak perlu terjadi.. Apalagi jika kita Mudah tergi

Pangawikan Pribadi (Pengenalan Diri)

"Di atas bumi dan di bawah langit ini tidak ada yang pantas dicari-cari (diburu) ataupun ditolak (disingkiri) secara mati-matian." (Ki Ageng Suryomentaram) Dunia berputar dengan perubahan yang cepat luar biasa. Perubahan terutama menyangkut aspek perilaku, perasaan, dan pikiran manusia. Pikiran manusia merupakan asal dari segala perubahan.              Bila pikiran kita jernih, keheningan jiwa dapat dirasakan, dan perilaku menjadi tenang, mendatangkan ketenangan dalam kehidupan di sekeliling kita. Sebaliknya, bila pikiran berantakan, perasaan atau jiwa kita terasa kacau, dan perilaku kita juga mengacaukan kehidupan di sekeliling kita.              Dari mana datangnya kejernihan pikiran? Ini merupakan inti persoalan hidup kita jika kita ingin merasakan kebahagiaan sejati dalam meng-arungi hidup dalam keadaan seperti apa pun. Sebagian dari kita tidak memedulikan hal ini, dan menjalani hidup secara serampangan mengikuti arus kehidupan materi yang adanya di luar diri

MORAL DI BALIK KISAH WAYANG

Kisah wayang adalah kisah tentang wayang, kisah tentang tokoh-tokoh yang barangkali sebetulnya tidak pernah ada di dunia ini. Besar kemungkinan, tokoh-tokoh ini diciptakan oleh pengarangnya, sebagai simbol gejala gejala yang dianggapnya hadir di dunia. Harus diingat bahwa kisah wayang berasal dari India, sebuah negara dengan latar belakang budaya yang berbeda dengan negara atau bangsa lain. Banyak orang di India yang percaya adanya para dewa. Karena itu, tidak mustahil bahwa salah satu tokoh wayang, adalah simbol dari dewa tertentu. Juga ada kemungkinan bahwa salah satu tokoh, adalah simbol dari nafsu tertentu, atau bahkan simbol dari ilmu tertentu. Dugaan bahwa tokoh-tokoh wayang hanya merupakan simbol-simbol tertentu, menyebabkan kisah wayang harus diitrepretasikan secara sangat berhati-hati. Kita harus menyadari bahwa di balik kisah wayang, ada ajaran-ajaran tertentu yang diberikan secara tersamar. Untuk menangkap ajaran tersamar itu, ada baiknya kita mulai denga