Langsung ke konten utama

BRAND IS ME

Bismillahirrahmanirrahiim

Assalamualaikum Wr. Wb. Dan Semangat Pagi SOBAT INDONESIA !

Sabtu pagi yang indah, di pagi itu saya telah melaju dengan roda dua saya untuk bergegas ke kampus. Jadwal kelas pagi telah menunggu. Karena pagi itu begitu indahnya, membuat laju motor saya seakan tertahan. Kecepatan yang stabil cenderung melenggang, ditemani udara pagi yang tak akan lama lagi akan berganti dengan asap knalpot.

Mata saya tertuju pada beberapa poster kandidat pemilihan wakil daerah atau yang dikenal dengan Pilkada. Poster didominasi dengan postur wajah mereka dan berbagai keunggulan yang membuat mereka “layak” untuk dipilih. Hmmmm....dipilih...dipilih....!

Wajah senyum dan rupawan mereka ditempelkan dengan paku di pohon, pagar-pagar, dinding-dinding yang banyak orang berkumpul sampai sampah pun berkumpul. Ada yang pakai baju serba putih, menunjukkan identitas keyakinan atau agama yang mereka anut, atau ada yang tampak menggunakan kaos kerah polo menunjukkan bahwa dirinya masih muda dan mewakili dinamisnya anak muda, ada juga yang menggunakan jas layaknya akan pergi sebuah pesta atau kondangan atau biartampak kondang, hmmm...apapun bentuk dan warna dan apapun...mereka itu terlihat sebagai pribadi-pribadi yang memiliki penuh harapan bagi masa depan dengan senyumnya yang terus menyeringai. Tanpa melihat bahwa disekitar poster yang melekat di pohon atau di dinding, terkadang sekitarnya ada bebetapa pengemis dan manusia gerobak yang akan meneruskan langkahnya, kemanapun untuk mencari rezeki mereka, atau tumpukkan sampah yang dibuang orang dengan sembarangan, sehingga mengakibatkan tampak berantakkan dan menimbulkan bau, namun poster mereka tetap tersenyum. Hihihi...terkadang mereka lupa untuk membuat atau mendisain poster yang lebih asertif, yaitu tampilan poster disesuaikan dengan kondisi lingkungan. Sekedar usul saja kok!

Upaya – upaya yang mereka lakukan di atas merupakan aktifitas Branding, yaitu mengkomunikasikan Brand (merek) yang mereka miliki. Komunikasi adalah bagaimana pesan dapat tersampaikan dengan berbagai media atau saluran diharapkan adanya respon atau balikkan (feedback) dengan perilaku pemilih yang positif untuk memilih para calon atau kandidat dalam pilkada ini. Komunikasi akan semakin efektif juga didapatkan dari kekuatan brand itu sendiri. Menurut Simamora (2001), Brand adalah Merek adalah nama, tanda, istilah, simbol, desain atau kombinasinya yang ditujukan untuk mengidentifikasi dan mendiferensiasi (membedakan) barang atau layanan suatu penjual dari barang atau layanan penjual lain. hal yang serupa juga disampaikan oleh Kotler, Armstrong (2003), Brand adalah Merek adalah suatu nama, kata, simbol, tanda, atau desain, atau kombinasi dari semuanya yang mengidentifikasi pembuat atau penjual produk dan jasa tertentu. Jadi dari dua definisi tersebut di atas, tampak bahwa Brand itu sangat tergantung dengan yang namanya keunikan, atau ciri-ciri yang tidak dimiliki atau jarang yang dimiliki oleh orang lain. Biasanya dikaitkan dengan potensi kekuatan yang dimiliki sehingga bisa berkompetisi dalam memenangkan persaingan brand. Melihat kasus di atas dan berbagai kasus yang ada di sekitar kita dalam melakukan branding terhadap brand dirinya (self brand) banyak yang bukan melihat kekuatan potensi yang dimiliki sebagai pijakan kekuatan brand, justru melihat faktor eksternal yaitu keinginan atau harapan lingkungan terhadap brand yang dibutuhkan. Jadi sifatnya bukan unik, namun pasaran!

Kunci keberhasilan sebuah self brand adalah bagaimana bisa fokus menemukan potensi terbaik pada diri. Sehingga bisa memlah dibentuk konsep diri (self Concept)  yang terintegrasi antara mind, body and soul dengan kata lain adalah diri yang JUJUR!. Kekuatan sebuah Brand juga ditentukan dengan yang namanya konsistensi. Menampilkan secara berulang-ulang dalam waktu yang lama dan cenderung bertahan. Hal inilah yang membuat sebuah Brand dapat tampil beratus-ratus tahun lama usianya. Contoh pada Brand dagang seperti brand celana jeans, yaitu Levi’s. Sampai-sampai Brand ini digunakan sebagai kata ganti celana jeans. Demikian juga dengan Brand otomotif misal Honda. Sebagai produk salah satunya sepeda motor, Brand ini dikenal “kolot” dan “bandel” untuk mesinnya, sehingga awet dan jarang rewel, sehingga kata sepeda motor diganti dengan Honda. “mana Honda mu? (padahal sepeda motornya bukan merek Honda). Ini karena keunikan dan keunggulan yang mereka miliki mebuat mereka memiliki Brand yang ada di puncak pikiran (top of mind) konsumennya. Sekali lagi yang harus menjadi perhatian dalam membangun Brand agar menjadi top of mind dalam konteks yang positif membutuhkan waktu yang bertahun-tahun (lama) dan terus berkesimanbungan, so...tidak ada Brand yang dibangun cuma satu malam!

Sehingga sangat kuat sekali hubungan antara self brand dengan yang namanya self concept. Self concept menurut Atwater (1987) menyebutkan bahwa konsep diri adalah keseluruhan gambaran diri, yang meliputi persepsi seseorang tentang tentang diri, perasaan, keyakinan, dan nilai-nilai yang berhubungan dengan dirinya. Menurut Stuatd and Sundeen ( 1998 ), konsep diri dibentuk dari lima komponen yaitu gambaran diri ( body image ), ideal diri ( ideal self ), harga diri ( self esteem ), peran diri ( self role ), identitas diri (self identity ). Sudah tidak diragukan lagi, Brand yang sengaja dicipta-ciptakan berdasarkan kepopuleran semata akan tidak bertahan lama dibandingkan dengan brand yang dibangun melalui pengenalan dan penerimaan diri serta berorientasi pada talenta dalam pengembangan diri di masa yang akan datang. Demikian juga dengan melakukan komunikasinya, akan semakin mudah melakukan branding dengan brand yang diciptakan untuk memenuhi kebutuhan pasar, namun...hmmm rasanya hambar dan cenderung akan cuma sesaat! karena yang sesaat (tidak memperhatikan proses) akan SESAT ! Berbeda denga Branding dengan melalui sebuah proses dan penguatan pada penemuan konsep diri dan talenta terbaik yang dimiliki serta dibangun dalam waktu yang tidak sebentar, butuh keuletan dalam komunikasinya. Dengan perbuatan yang mendatangkan kebermanfaatan buat orang lain dan lingkungannya.

Belajar dan berbagi untuk Indonesia lebih baik, Salam SOBAT


Wicaksana, 2015

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Rubah dan Kambing

Suatu hari seekor Rubah sedang berjalan di tengah hutan..  Disitu ada sebuah sumur tua yang airnya jernih sehingga dia bisa bercermin..  Karena asyik bercermin, tanpa sengaja dia tercebur dan tidak bisa keluar..  Beberapa saat kemudian ada seekor Kambing datang ke sumur itu..... Kambing itu bertanya,  "Apa yang kamu lakukan?" "Aku sedang menikmati Air termanis yang pernah kuminum" jawab Rubah...  Kambing pun berkata, "Alangkah senangnya bila aku juga bisa menikmatinya"  Rubah pun berkata, "Kenapa kamu tidak bergabung bersama ku?"  Tanpa Pikir Panjang, Kambing itu masuk ke dalam sumur dan Rubah segera Melompat dengan memanjat punggung Kambing lalu meninggalkannya... Kini giliran Kambing yang tidak bisa keluar dari sumur.. Kambing pun merasa ditipu dan dimanfaatkan oleh Rubah...... (Catatan) : Sikap Terburu-buru tanpa Pikir Panjang selalu membuat kita Melakukan Kesalahan-kesalahan yang sebenarnya tidak perlu terjadi.. Apalagi jika kita Mudah tergi

Pangawikan Pribadi (Pengenalan Diri)

"Di atas bumi dan di bawah langit ini tidak ada yang pantas dicari-cari (diburu) ataupun ditolak (disingkiri) secara mati-matian." (Ki Ageng Suryomentaram) Dunia berputar dengan perubahan yang cepat luar biasa. Perubahan terutama menyangkut aspek perilaku, perasaan, dan pikiran manusia. Pikiran manusia merupakan asal dari segala perubahan.              Bila pikiran kita jernih, keheningan jiwa dapat dirasakan, dan perilaku menjadi tenang, mendatangkan ketenangan dalam kehidupan di sekeliling kita. Sebaliknya, bila pikiran berantakan, perasaan atau jiwa kita terasa kacau, dan perilaku kita juga mengacaukan kehidupan di sekeliling kita.              Dari mana datangnya kejernihan pikiran? Ini merupakan inti persoalan hidup kita jika kita ingin merasakan kebahagiaan sejati dalam meng-arungi hidup dalam keadaan seperti apa pun. Sebagian dari kita tidak memedulikan hal ini, dan menjalani hidup secara serampangan mengikuti arus kehidupan materi yang adanya di luar diri

MORAL DI BALIK KISAH WAYANG

Kisah wayang adalah kisah tentang wayang, kisah tentang tokoh-tokoh yang barangkali sebetulnya tidak pernah ada di dunia ini. Besar kemungkinan, tokoh-tokoh ini diciptakan oleh pengarangnya, sebagai simbol gejala gejala yang dianggapnya hadir di dunia. Harus diingat bahwa kisah wayang berasal dari India, sebuah negara dengan latar belakang budaya yang berbeda dengan negara atau bangsa lain. Banyak orang di India yang percaya adanya para dewa. Karena itu, tidak mustahil bahwa salah satu tokoh wayang, adalah simbol dari dewa tertentu. Juga ada kemungkinan bahwa salah satu tokoh, adalah simbol dari nafsu tertentu, atau bahkan simbol dari ilmu tertentu. Dugaan bahwa tokoh-tokoh wayang hanya merupakan simbol-simbol tertentu, menyebabkan kisah wayang harus diitrepretasikan secara sangat berhati-hati. Kita harus menyadari bahwa di balik kisah wayang, ada ajaran-ajaran tertentu yang diberikan secara tersamar. Untuk menangkap ajaran tersamar itu, ada baiknya kita mulai denga