Langsung ke konten utama

DETIK-DETIK HARI KEMERDEKAAN


Semangat Pagi Sobat IndONEsia...!


Senang kembali bertemu dengan SOBAT di media silaturahim seperti ini, di dunia maya. Memang sudah tidak ada berkas-berkas yang kasat mata di meja kerja atau di meja makan. Namun berkas-berkas di dalam pikiran semakin berkecamuk dan berantakan ! sepertinya semua kejadian dituangkan saat bersamaan dengan melalui satu pintu, pfff....padat dan berdesakkan! Baiklah..sedikit dengan bantuan helaan nafas yang teratur, mulai menata hal-hal yang akan dikeluarkan. Maklumlah, saat ini sudah MERDEKA...semua ide di dalam kepala menuntut ke-MERDEKA-annya untuk disampaikan, haiyaaa.

Teringat pada siang hari di sudut selatan Jakarta, di sebuah kampus swasta, terdengar atau curi dengar perbincangan mahasiswa.  “merdeka euy....” kata seorang mahasiswa, “merdeka apanya? “ tanya teman mahasiswa yang satunya tadi, sambil menatap penasaran.  “ada apa sih?” tanyanya lagi. “pokoknya...hari ini kita bisa merdeka cuy”  katanya. “merdeka apa Sob?!” tanya temannya, “apakah hari ini tidak ada dosennya?...terdiam dan “Yes!!!” teriaknya.  MERDEKAAA!

Ketika itu, lampu merah pada sebuah lampu lalu lintas dibilangan wilayah bekasi, menyala. Perjalanan menuju pulang ke kantor pun terhenti sesaat. Herannya, mobil di belakang mobil kami terus membunyikan klaksonnya. Kami hanya heran!...”kan masih merah, kan artinya saatnya hak orang lain untuk melalui jalan di depan kami! Namun kenapa begitu semangatnya mobil di belakang kami membunyikan klaksonnya secara terus menerus?!” kemudian saya melihat ke kaca spion “ah bukan mobil ambulance atau polisi pula, hanya sebuah TAXI.” Sekitar tiga menit kemudian lampu hijau pun menyala. Saatnya kendaraan kami berjalan. Sambil geleng-geleng, apakah ini sebuah makna KEMERDEKAAN. Sesuka dan semaunya?

Training pada saat itu sedang berjalan. Ketika sedang berdiskusi dengan teman-teman peserta pelatihan, ada ketukan pintu kelas. Salah seorang peserta pelatihan membuka pintu kelas tersebut. Ternyata rekan kurir saya yang terlihat bingung. Sambil menggerakkan bibirnya dengan suara yang pelan. Sambil meminta saya untuk mengikuti dirinya ke luar kelas. “hmmm..ada sesuatu yang penting rupanya” pikir saya. Segera saya mengikuti keinginannya. Sambil berjalan bersama dirinya menuju pintu utama kantor untuk keluar kantor, “Pak...motor Bapak dan Motor teman kita, DICURI!”. Mendengar itu, segera saya bergegas untuk melihat tempat motor saya diparkir. Memang sudah tidak ada! “ada lagi motor yang hilang?!” tanya saya. “Tidak Pak, Punya Bapak dan Punya Rekan Bapak”. Alhamdulillah....karena di depan kantor sedang penuh sahabat-sahabat yang sedang berbagi pengetahuan dan pengalamannya di kantor saya dengn membawa kendaraan roda duanya. Apakah ini juga makna dari sebuah KEMERDEKAAN, merdeka untuk mengambil yang bukan punya haknya dengan mengatasnamakan kesulitan hidup!

Mundur beberapa saat sebelum kejadian motor saya yang hilang ini, dalam perjalanan menuju kantor saya bertanya dengan diri saya sendiri. “ kenapa tanggal 17 Agustus itu dinamakan hari kemerdekaan.  Jika dilihat dari kamus bahasa Indonesia, merdeka sebagai kata sifat, berarti “bebas” atau dalam bahasa Inggris adalah free. Jika kita melihat bahasa inggris, independence Day. Menggunakan kata independence untuk memaknai keberhasilan terbebas dari belenggu penjajahan untuk menuju ke kemandirian. Sehingga jika dirasa-rasa, merdeka dan independence punya makna yang berbeda. Sehingga dapat menyebabkan perilaku yang berbeda juga. Merdeka diasosiasikan dengan kebebasan yang ta terbatas, sedangkan independence diarahkan pada kemandirian, dimana dalam sebuah kemandirian terdapat kebebasan yang bersifat terbatas pada tujuan yang bagaimana dalam perjalanan kedepannya dirinya mandiri untuk menjadi “seseorang”.

Jika kita meyakini bahwa perbuatan kita saat ini berhubungan dengan budaya, dan tulisan hingga kata merupakan bagian dari budaya, sehingga memaknai dan meresapi sebuah makna pada sebuah kata akan membawa perilaku kita kepada kata tersebut.

Harapan-harapan dan berbagai doa dilayangkan untuk masa depan bangsa ini untuk menuai kebesarannya dan keemasannya kembali seperti dulu kala. Dimana bangsa Indonesia pernah menjadi pusat peradaban bangsa-bangsa di seluruh dunia terkait dengan keluhuran perilaku dan moralnya, ilmu seni, ilmu teknik perkapalan, arsitektur dan sebagainya. Indonesia menjadi kiblat dunia. Bukan hanya jaman kerajaan Majapahit dan Sriwijaya saja, jauh sebelum masehi dan awal peradaban, bangsa Indonesia banyak memainkan peran yang penting dalam banyak karya-karyanya.

Apakah dengan kata MERDEKA, secara cepat dan pasti kita masuk ke jaman KEGELAPAN ? dengan ciri-ciri, merosotnya akhlak,ilmu dan pengetahuan dan ketrampilan anak bangsa kita. Hal ini akan tidak sejalan dengan dunia Barat yang memang pernah masuk era kegelapan dan sudah masuk ke era pencerahan hingga saat ini, ditunjukkan dengan peradaban yang tinggi, dan banyaknya orang-orang bangsa lain yang ingin bersekolah di barat. Atau Cina yang tidak pernah mengalami era kegelapan, karena ketrampilan sastra dan menulisnya yang tinggi, sehingga Cina tidak pernah mengalami masa kegelapan. Kuncinya adalah antusias dalam berkarya di dunia pendidikan. Bagaimana mengentaskan pendidikan Indonesia ke arah yang mencerahkan. Kebobrokan demi kebobrokan karena dipicu dengan kemalasan yang kemudian diikuti dengan kebodohan. Dan saat inilah yang terjadi dengan bangsa Indonesia.


Kita sebagai individu dan anak bangsa, masih sangat dibutuhkan untuk “menggenjot” karya-karya terbaik khususnya membangun pendidikan yang terbaik di negeri ini sudah tidak bisa ditawar-tawar lagi apa lagi ditunda-tunda. BOS dan dana yang tinggi bukan jaminan dapat meningkatkan mutu pendidikan di Indonesia. Pendidikan berawal dari keluarga. Marilah kita pulang..mulailah kita memainkan peran semestinya di dalam pendidikan keluarga. Jangan sampai anak-anak kita menjadi yatim secara psikologis, orang tuanya masih ada, namun mereka sudah tidak dapat melihat sosok orang tuanya karena lasan sebagai mesin pemenuh kebutuhan hidup. Sukses berawal dari Rumah. Pendidikan terbaik bukan sekolah tinggi dengan berbagai title yang dimiliki, namun pendidikan yang dilandasi rasa cinta dan kasih serta sayang keapda generasi-generasi yang akan datang dengan dibekali kemandirian akhlak, pengetahuan dan ketrampilan,  ditangan merekalah, Indonesia ini akan semakin baik dan mengembalikan kejayaan bangsa IndONEsia. DIRGAHAYU REPUBLIK INDONESIA KE-69 ! (c) 2014 Wicaksana, Pondok Cabe. 

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Rubah dan Kambing

Suatu hari seekor Rubah sedang berjalan di tengah hutan..  Disitu ada sebuah sumur tua yang airnya jernih sehingga dia bisa bercermin..  Karena asyik bercermin, tanpa sengaja dia tercebur dan tidak bisa keluar..  Beberapa saat kemudian ada seekor Kambing datang ke sumur itu..... Kambing itu bertanya,  "Apa yang kamu lakukan?" "Aku sedang menikmati Air termanis yang pernah kuminum" jawab Rubah...  Kambing pun berkata, "Alangkah senangnya bila aku juga bisa menikmatinya"  Rubah pun berkata, "Kenapa kamu tidak bergabung bersama ku?"  Tanpa Pikir Panjang, Kambing itu masuk ke dalam sumur dan Rubah segera Melompat dengan memanjat punggung Kambing lalu meninggalkannya... Kini giliran Kambing yang tidak bisa keluar dari sumur.. Kambing pun merasa ditipu dan dimanfaatkan oleh Rubah...... (Catatan) : Sikap Terburu-buru tanpa Pikir Panjang selalu membuat kita Melakukan Kesalahan-kesalahan yang sebenarnya tidak perlu terjadi.. Apalagi jika kita Mudah tergi

Pangawikan Pribadi (Pengenalan Diri)

"Di atas bumi dan di bawah langit ini tidak ada yang pantas dicari-cari (diburu) ataupun ditolak (disingkiri) secara mati-matian." (Ki Ageng Suryomentaram) Dunia berputar dengan perubahan yang cepat luar biasa. Perubahan terutama menyangkut aspek perilaku, perasaan, dan pikiran manusia. Pikiran manusia merupakan asal dari segala perubahan.              Bila pikiran kita jernih, keheningan jiwa dapat dirasakan, dan perilaku menjadi tenang, mendatangkan ketenangan dalam kehidupan di sekeliling kita. Sebaliknya, bila pikiran berantakan, perasaan atau jiwa kita terasa kacau, dan perilaku kita juga mengacaukan kehidupan di sekeliling kita.              Dari mana datangnya kejernihan pikiran? Ini merupakan inti persoalan hidup kita jika kita ingin merasakan kebahagiaan sejati dalam meng-arungi hidup dalam keadaan seperti apa pun. Sebagian dari kita tidak memedulikan hal ini, dan menjalani hidup secara serampangan mengikuti arus kehidupan materi yang adanya di luar diri

MORAL DI BALIK KISAH WAYANG

Kisah wayang adalah kisah tentang wayang, kisah tentang tokoh-tokoh yang barangkali sebetulnya tidak pernah ada di dunia ini. Besar kemungkinan, tokoh-tokoh ini diciptakan oleh pengarangnya, sebagai simbol gejala gejala yang dianggapnya hadir di dunia. Harus diingat bahwa kisah wayang berasal dari India, sebuah negara dengan latar belakang budaya yang berbeda dengan negara atau bangsa lain. Banyak orang di India yang percaya adanya para dewa. Karena itu, tidak mustahil bahwa salah satu tokoh wayang, adalah simbol dari dewa tertentu. Juga ada kemungkinan bahwa salah satu tokoh, adalah simbol dari nafsu tertentu, atau bahkan simbol dari ilmu tertentu. Dugaan bahwa tokoh-tokoh wayang hanya merupakan simbol-simbol tertentu, menyebabkan kisah wayang harus diitrepretasikan secara sangat berhati-hati. Kita harus menyadari bahwa di balik kisah wayang, ada ajaran-ajaran tertentu yang diberikan secara tersamar. Untuk menangkap ajaran tersamar itu, ada baiknya kita mulai denga