Langsung ke konten utama

ELEGI AKHIR SEBUAH PESTA


Semangat Pagi Sobat 1ndONEsia...senangnya bisa kembali ke format awal untuk tulisan Indonesia-nya. Legaaaaa... Jika saya gunakan pada saat beberapa waktu yang lalu, khawatirnya menunjukkan dukungan kepada calon presiden tertentu.

Pesta telah terlihat usai. Seperti pada kebanyakan pesta, wajah-wajah orang-orang yang terlibat dalam pesta beraneka ragam, ada tampak senyum puas akan pesta yang telah diadakan dan ada juga dengan wajah masam dan kecewa akan pesta yang telah berlangsung tersebut. Lumrah dan wajar...demikianlah PESTA!

Namun ada hal yang menjadi penting dan terkadang sering dilupakan bahwa, akhir dari sebuah pesta adalah banyaknya “sampah” berserakan di sekitar areal pesta. Karena semua orang beranggapan pesta adalah menjadi puncak dan tujuan dari kegiatan itu sendiri. Sehingga dampak dari sebuah pesta tidak banyak diperhitungkan. Hebatnya, sampah itu tidak pernah dibersihkan dengan baik dari antara Pesta satu ke Pesta lainnya. Tak ayal lagi, Pesta yang akan datang pun dapat menjadi “Pesta Sampah”, karena tidak diselesaikan dengan baik permasalahan sampaj yang ada.

Bicara perilaku membuang sampah sembarangan, memang terlihat “kecil” namun jika dilakukan oleh 120 juta penduduk negara Sketsa, ini menjadi masalah lain. “Nyampah” ini merupakan salah satu jenis penyakit menular dan bahkan bisa diturunkan. Sehingga perlu diwaspadai, apakah dalam darah dan DNA masyarakat negeri Sketsa terjangkit atau mengandung “sampah”. Waspadalah! Karena perilaku kita bisa menjadi perilaku sampah, yaitu perilaku yang merugikan orang lain dan lingkungan.

Permasalahan Sampah dan Perilaku hanya dapat dibenahi dengan keteladanan dan pendidikan. Bicara mengenai pendidikan, jelas kita bicara bukan hanya sekolah, namun yang utama adalah pendidikan dalam keluarga. Sebagian besar keluarga di negara Sketsa menyerahkan pendidikan hanya kepada pihak sekolah. Padahal jika kita melihat pendidikan di negara tetangga negeri Sketsa ini, misalnya orang tuanya mau sekolah saja, pasti ditanyakan, apakah ada anak, dan siapa yang bersama anak jika kita di sekolah. Bagi mereka (negara di luar negri Sketsa), anak merupakan aset penting sebagai calon pemimpin bangsa di masa yang akan datang, sehingga harus diperlakukan dengan tepat, agar tidak menjadi “sampah-sampah” dikemudian hari.

Pada hari anak ini, mengingatkan pada semua pihak, bahwa pendidikan merupakan hal yang penting untuk keberlangsungan peradaban di negara Sketsa ini. Hilangkan konotasi pendidikan dengan mahal dan sekolah. Pendidikan adalah kesadaran kita untuk membangun keteladanan atas prilaku-prilaku keseharian kita dalam berkarya dan menciptakan banyak kebaikan untuk sesama dan lingkungan. Pendidikan yang efektif adalah berasal dari TINDAKAN bukan sekedar KATA-KATA. Karena anak-anak kita itu adalah observer yang hebat atas perilaku orang-orang (tua) di sekitarnya.

Makin terhimpitnya ruang imajinasi sebaya, permainan anak-anak yang menjelma menjadi permainan yang dimainkan oleh orang dewasa, ruang gerak hanya sebatas program acara TV yang terbatas untuk mereka, matrialistis menjadi simbol kebanggaan bagi anak-anak dibandingkan keceriaan dan ketulusan. Lingkungan telah “mengkerdilkan” kebesaran hati anak-anak. Diperparah dengan menjadi yatim dan piatu secara psikologis, yaitu ada orang tua namun fungsi dan peran mereka hanya sebatas pendapat dan pengumpul rupiah. Jika sudah tidak memiliki kepedulian untuk anak-anak, jangan pernah berharap integitas akan terbangun pada mereka di masa yang akan datang. Anak-anak ini akan menggunakan “kedok” kekanakan mereka untuk “buas” memanipulatif orang-orang lainnya. Dengan mengatasnamakan “penderitaan” yang mereka alami, mereka menuntut fasilitas-fasilitas yang belum tentu sesuai dengan kebutuhan usianya. Anak-anak ini makin jauh tenggelam dalam keasyikannya dalam “E-kesendirian” mereka. Mereka dibesarkan dan belajar dari orang lain yang bukan orang tuanya, bukan lingkungannya, bukan budayanya, dan juga bukan keyakinannya! Tersesat! Fungsi dan peran para penuntunnya yang alfa atau sengaja alfa, dengan alasan untuk berlomba mendapatkan apa yang mereka inginkan bukan yang keluarga inginkan. Keluarga adalah harta itu sendiri. Sehingga sangat tidak tepat mengabaikan harta yang telah ada, untuk mendapatkan harta-harta yang lain, yang mungkin belum tentu dibutuhkan oleh keluarga.

Sangatpantaslah jika bercemas terhadap anak-anak di Negara Sketsa, mereka adalah tanggungjawab kita bersama. Sudah saatnya kita peduli dengan anak-anak kita, artinya kita peduli akan keberlangsungan peradaban negara Sketsa untuk di masa yang akan datang. “Keberhargaan” mereka terjaga hingga di masa yang akan datang. Bukan sampah-sampah yang berserakan atas negara Sketsa yang suka ber-pesta dengan perilaku sampah pada saat mempersiapkan, menyelenggarakan, apalagi tidak peduli ketika pestanya telah berakhir.

Ini Indonesia Bung!, BUKAN Negeri Sketsa, dari sejarah panjang dan peradabannya Indonesia merupakan bangsa yang memiliki peradaban yang luhur dan sangat disegani seluruh bangsa di dunia. Saya berkeyakinan bahwa Bangsa Indonesia akan lebih mampu menghadapi tantangan untuk anak-anak bangsanya tanpa meninggalkan keluhuran peradaban yang dimilikinya. Bangga menjadi anak Indonesia, dan menjadi bagian dalam membangun anak-anak bangsa berkarakter luhur di bawah panji-panji Merah Putih!


SEBUAH PERADABAN, selalu DIMULAI dari diri kita sendiri... untuk 1ndONEsia lebih BAIK!

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Rubah dan Kambing

Suatu hari seekor Rubah sedang berjalan di tengah hutan..  Disitu ada sebuah sumur tua yang airnya jernih sehingga dia bisa bercermin..  Karena asyik bercermin, tanpa sengaja dia tercebur dan tidak bisa keluar..  Beberapa saat kemudian ada seekor Kambing datang ke sumur itu..... Kambing itu bertanya,  "Apa yang kamu lakukan?" "Aku sedang menikmati Air termanis yang pernah kuminum" jawab Rubah...  Kambing pun berkata, "Alangkah senangnya bila aku juga bisa menikmatinya"  Rubah pun berkata, "Kenapa kamu tidak bergabung bersama ku?"  Tanpa Pikir Panjang, Kambing itu masuk ke dalam sumur dan Rubah segera Melompat dengan memanjat punggung Kambing lalu meninggalkannya... Kini giliran Kambing yang tidak bisa keluar dari sumur.. Kambing pun merasa ditipu dan dimanfaatkan oleh Rubah...... (Catatan) : Sikap Terburu-buru tanpa Pikir Panjang selalu membuat kita Melakukan Kesalahan-kesalahan yang sebenarnya tidak perlu terjadi.. Apalagi jika kita Mudah tergi

Pangawikan Pribadi (Pengenalan Diri)

"Di atas bumi dan di bawah langit ini tidak ada yang pantas dicari-cari (diburu) ataupun ditolak (disingkiri) secara mati-matian." (Ki Ageng Suryomentaram) Dunia berputar dengan perubahan yang cepat luar biasa. Perubahan terutama menyangkut aspek perilaku, perasaan, dan pikiran manusia. Pikiran manusia merupakan asal dari segala perubahan.              Bila pikiran kita jernih, keheningan jiwa dapat dirasakan, dan perilaku menjadi tenang, mendatangkan ketenangan dalam kehidupan di sekeliling kita. Sebaliknya, bila pikiran berantakan, perasaan atau jiwa kita terasa kacau, dan perilaku kita juga mengacaukan kehidupan di sekeliling kita.              Dari mana datangnya kejernihan pikiran? Ini merupakan inti persoalan hidup kita jika kita ingin merasakan kebahagiaan sejati dalam meng-arungi hidup dalam keadaan seperti apa pun. Sebagian dari kita tidak memedulikan hal ini, dan menjalani hidup secara serampangan mengikuti arus kehidupan materi yang adanya di luar diri

MORAL DI BALIK KISAH WAYANG

Kisah wayang adalah kisah tentang wayang, kisah tentang tokoh-tokoh yang barangkali sebetulnya tidak pernah ada di dunia ini. Besar kemungkinan, tokoh-tokoh ini diciptakan oleh pengarangnya, sebagai simbol gejala gejala yang dianggapnya hadir di dunia. Harus diingat bahwa kisah wayang berasal dari India, sebuah negara dengan latar belakang budaya yang berbeda dengan negara atau bangsa lain. Banyak orang di India yang percaya adanya para dewa. Karena itu, tidak mustahil bahwa salah satu tokoh wayang, adalah simbol dari dewa tertentu. Juga ada kemungkinan bahwa salah satu tokoh, adalah simbol dari nafsu tertentu, atau bahkan simbol dari ilmu tertentu. Dugaan bahwa tokoh-tokoh wayang hanya merupakan simbol-simbol tertentu, menyebabkan kisah wayang harus diitrepretasikan secara sangat berhati-hati. Kita harus menyadari bahwa di balik kisah wayang, ada ajaran-ajaran tertentu yang diberikan secara tersamar. Untuk menangkap ajaran tersamar itu, ada baiknya kita mulai denga